pintu gerbang

anak saya yang baru sekolah tk, kalo pagi sebelum mandi susah bener untuk memulai aktifitas sekolahnya. dari bujukan sampe teror yang terukur (maaf teror terukur maksudnya ajakan keras supaya dia mau melaksanakan kemauan orang tua, takut dibaca anggota komnas ham anak, euy). nah bagi saya, sebagai kesimpulan dan tujuan, anak itu harus selekasnya mandi. itu merupakan pintu gerbang menuju aktifitas sekolahnya, tanpa harus menengok ke belakang lagi. dia akan lupa sifat malasnya sebelum dia mandi, dan akan semangat menghadapi kegiatan pada hari itu.

dari kejadian di atas, saya sering ber-andai2, untuk menyemangati hidup, harus selalu dicarikan pintu-gerbang pintu-gerbang yang lain. dari remaja ke dewasa punya pintu-gerbang pintu-gerbang, (maaf) disunat, mulai pacaran, nikah, bekerja dll. kalo saya bosan dengan rutinitas kerja buat pintu-gerbang pintu-gerbang, piknik, mancing, ke bioskop, cafe dll.

betapa pintu gerbang itu bisa sangat merubah cara pandang saya, sangat saya rasakan selama ini. sebagai contoh, ada tembok yang sangat tinggi, dan disebelah sana hiruk pikuk kedengarannya. ada cerita2 haru, sedih, gembira, bahagia dll menumpuk jadi satu, dengan lakon yang ber-beda2 pula. dan tembok itu mempunyai gerbang yang dinamakan gerbang pernikahan. saya ingin buru2 menuju kesana dan ikut menjadi lakonnya, dilandasi dengan semangat hidup saya.

dalam hal bernegara, kita juga kenal kata2 pintu gerbang, yang oleh para 'founding father' kita yang disebut pintu gerbang bernegara itu adalah kemerdekaan bangsa kita. mengambil contoh dari kegiatan anak saya di waktu pagi, tentu saja harusnya bangsa ini punya semangat yang hebat untuk maju, tanpa harus melihat ke belakang lagi hal2 yang negatif, seperti kemalasan, ketertiduran dll. bisa nggak ya, keterpurukan bangsa kita saat ini, berlandaskan naluri alami seperti anak saya, jadi bangkit ...