setiap pagi sebagai seorang yang mempunyai jabatan baru sebagai tukang ojek anak sekolah, saya selalu dibuat sebel dengan ulah sopir angkot yang menutup semua lajur jalan yang saya lalui. sopir angkot ini yang katakanlah mendapat seorang penumpang dengan ongkos 2 rebong dan kesempatan untuk ngeblok sopir angkot dibelakangnya, sangatlah merugikan pengguna jalan yang lain terutama dari sisi waktu dan mungkin bahan bakar lebih yang dipakai dari yang seharusnya.
teringat saya ungkapan betapa berharganya waktu itu. kalo anda ingin mengetahui betapa berharganya waktu 3 tahun, tanyakan kepada anak sma yang baru gagal menyelesaikan studinya; betapa berharganya waktu 1 tahun, tanyakan pada murid sekolah yang tidak naik kelas; betapa berharganya waktu 1 menit, tanyakan pada seorang penumpang yang ketinggalan krl; betapa berharganya waktu 1 detik, tanyakan pada orang yang habis kecelakaan; dan betapa berharganya waktu sepersepuluh detik, coba anda tanyakan pada seorang pelari cepat 100 meter.
nah, mungkin karena saya sedang 'menikmati' sekali masa menganggur saya, saya sangat memahami benar betapa berartinya uang 2 rebong bagi sopir angkot dan betapa si sopir angkot itu tidak memahami apa yang orang lain pikirkan yaitu lebih berharganya waktu yang terbuang percuma daripada uang 2 rebong itu.
akhirnya sembari ngelus dada dan geleng2 kepala, saya hanya bisa berfikir, itulah kesetimbangan yang terjadi dimasyarakat kita yang sudah tidak peduli dengan aturan dan etika umum di masyarakat. suatu kejadian pasti ada yang diuntungkan dan dirugikan, tanpa harus memperhitungkan seberapa besar kerugian dan juga keuntungan si boss, si sopir, si kaya, si sibuk, si masa bodoh, dan si si yang lain secara individu.
depok 11/12/2009
No comments:
Post a Comment