seiring dengan profesi saya, saya sering dihadapkan pada masalah 'kebahasaan'. di bidang ilmu teknik kontrol saya mengharuskan memberikan pengertian tentang kestabilan. menurut rujukan buku2 ada tiga jenis kestabilan yaitu 'kestabilan absolut', 'kestabilan kondisioner' dan 'ketidakstabilan'. saya tidak akan membahas tentang arti masing2 dari kata2 tadi secara keteknikan, tapi saya bahas implikasi dari kata2 tadi yg selanjutnya bermasalah, terutama kata2 tentang 'absolut'.
akhir2 ini sering terjadi 'ekspansi' bahasa bumi menjadi bahasa langit. contohnya tentang kata2 'absolut' itu. saya selalu bermasalah menjelaskan terminologi 'absolut' dalam bahasa bumi tapi dimaknai sebagai bahasa langit. alasannya, tidak ada yang absolut di dunia ini kecuali tuhan yang maha kuasa. dan akhirnya berhentilah diskusi itu sampai disini.
contoh yang lain adalah kata2 'idola', 'cinta' yang akhir2 ini naik derajatnya menjadi bahasa langit. mencintai atau mengidolakan sesuatu dianggap tabu, karena hanya mencintai dan mengidolakan tuhan yang maha esa saja yang benar. menurut saya hal ini adalah kekeliruan pemakaian bahasa bumi menjadi bahasa langit tadi. mencintai dan mengidolakan adalah bagian kecil dari (semesta pembicaraan) 'iman dan taqwa' sebagai bahasa langit. dengan demikian mencintai dan mengidolakan sesama manusia juga menjadi benar karena hal itu merupakan posesi bahasa bumi. sedangkan iman dan taqwa hanya semata-mata ditujukan kepada tuhan yang maha esa yang termasuk didalamnya porsi mencintai dan mengidolakanNYA. tentu saja ada batasan2 mencintai sesama dibandingkan dengan 'tidakterbatasnya' saya mencintai tuhan yang maha kuasa.
nah jadi kira2 apa kata2 pengganti 'absolut' sebagai bahasa bumi dalam bahasa langit? saya hanya menyarankan kata2 'mutlaq' yang paling pantas mengisinya dalam bahasa langit, sehingga saya lebih leluasa menggunakan kata2 'absolut' sebagai bahasa bumi.
huddersfield 30/08/2012
No comments:
Post a Comment